Thanks God I found You
Kamis, 28 April 2011
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
The Red Jumpsuit Apparatus - Your Guardian Angel
Selasa, 26 April 2011
When I see your smile
Tears run down my face I can't replace
And now that I'm strong I have figured out
How this world turns cold and it breaks through my soul
And I know I'll find deep inside me I can be the one
I will never let you fall
I'll stand up with you forever
I'll be there for you through it all
Even if saving you sends me to heaven
It's okay. It's okay. It's okay.
Seasons are changing
And waves are crashing
And stars are falling all for us
Days grow longer and nights grow shorter
I can show you I'll be the one
I will never let you fall (let you fall)
I'll stand up with you forever
I'll be there for you through it all (through it all)
Even if saving you sends me to heaven
Cuz you're my, you're my, my, my true love, my whole heart
Please don't throw that away
Cuz I'm here for you
Please don't walk away and
Please tell me you'll stay, stay
Use me as you will
Pull my strings just for a thrill
And I know I'll be okay
Though my skies are turning gray
I will never let you fall
I'll stand up with you forever
I'll be there for you through it all
Even if saving you sends me to heaven
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
Gangguan Makan
Senin, 11 April 2011
A. ANOREKSIA NERVOSA
Istilah anoreksia berarti hilangnya selera makan, dan nervosa mengidentifikasikan bahwa hilangnya selera makan tersebut memiliki sebab emosional. Istilah ini kurang tepat melihat pada gangguan ini penderita tidak mengalami kehilangan selera makan atau selera mereka terhadap makanan. Berikut ini adalah beberapa penegakan diagnosis dalam kriteria untuk anoreksia nervosa:
- Orang bersangkutan menolak untuk mempertahankan berat badan normal. Penurunan berat badan biasanya dilakuan melalui diet, muntah dengan sengaja dan olahraga berlebihan dapat menjadi gambaran anoreksia nervosa.
- Mereka sangat takut bila berat badannya bertambah, dan rasa takut tersebut tidak berkurang dengan turunnya berat badan. Mereka tidak pernah merasa sudah cukup kurus.
- Mereka memiliki pandangan menyimpang terhadap tubuh mereka. Bahkan dalam kondisi kurus mereka tetap merasa bahwa mereka kelebihan berat badan atau beberapa bagian tubuh gemuk. Mereka biasanya mengecek berat badan mereka dengan menimbangnya, mengukur berbagai bagian tubuh, dan mengamati secara kritis tubuh mereka di cermin. Harga diri mereka terkait dengan menjaga tubuh mereka tetap kurus.
- Pada perempuan, kondisi tubuh yang sangat kurus menyebabkan amenorea, yaitu berhentinya periode mentruasi. Dari keempat kriteria diagnostik tampaknya kriteria keempat adalah kriteria yang kurang penting, melihat para perempuan ada yang mengalaminya dan juga tidak dalam anoresksia nervosa.
DSM-IV membedakan dua tipe anoreksia nervosa. Dalam tipe terbatas, penurunan berat badan dicapai dengan sangat membatasi asupan makan. Sedangkan pada tipe makan berlebihan-pengurasan, orang secara rutin juga makan tetapi kemudian mengeluarkannnya. Berbagai perbedaaan ini memperkuat validitas pemisahannya.
Anoreksia nervosa umumnya timbul pada awal remaja hingga pertengahan remaja, sering kali timbul setelah suatu episode diet dan terjadinya stres kehidupan.Kondisi ini terjadi pada perempuan sekitar 10 kali lebih banyak dari pada laki-laki.
Anoreksia Nerovosa dan Depresi
Anoreksia nervosa dapat memacu terjadinya depresi dan mengundang ketertarikan beberapa penelitian atas kejadian ini. Kedua gangguan ini juga dapat memiliki diathesis yang sama atau penyebab lingkungan yang sama. Berbagai studi mengatakan bahwa adanya diathesis genetik dalam penderita anoreksia, sehinga bila penderita mengalami anoreksia maka keluarga akan beresiko tinggi menderita depresi. Disisi psikologis, penderita mengalami stres dalam hidup, mereka cenderung mengartikan dengan cara yang menimbulkan kondisi emoasional negatif.
Perubahan fisik pada anoreksia nervosa
Melaparkan diri sendiri dan penggunaan obat pencahar menimbulkan berbagai konsekuensi biologis yang tidak dikehendaki pada para pasien anoreksia nervosa. Tekanan darah sering kali turun, denyut jantung menurun, system pencernaan menjadi bermasalah. Abnormal EEG dan hendaya neurologis sering terjadi pada para pasien anoreksia. Perubahan struktur otak, seperti rongga yang meluas atau pelebaran sulcal, juga dapat terjadi, namun dapat diperbaiki.
Prognosis
Sekitar 70% pasien anoreksia akhirnya dapat sembuh. Meskipun demikian, penyembuhan dapat berlangsung selama 6 sampai 7 tahun, dan kekambuhan umum terjadi sebelum tercapainya pola makan yang stabil dan dipertahankannya berat badan.
Penanganan gangguan makan
Perawatan rumah sakit yang kadang dijalani dengan terpaksa, seringkali diperlukan untuk menangani pasien anoreksia agar asupan makanan pasien dapat ditingkatkan secara bertahap dan dipantau dengan teliti. Pada anoreksia, perlu untuk diberikan intervensi biologis dan psikologis.
Penanganan biologis
Karena anoreksia nervosa sering kali komorbid dengan depresi, gangguan ini ditangani dengan berbagai antidepresan. Fluoksetin lebih memberikan hasil dibandingkan dengan plasebo untuk mengurangi makan berlebihan dan muntah, juga mengurangi depresi dan sikap yang menyimpang terhadap makanan dan makan. Sayanganya, hal itu tidak terlalu berhasil. Hanya memulihkan berat badan tanpa mengurangi gejala-gejala anoreksia.
Penanganan psikologi anoreksia nervosa
Terapi bagi anoreksia secara umum diyakini sebagai suatu proses dua tahap. Tahap pertama, adalah tujuan jangka pendek yang membantu pasien menambah berat badan untuk mencegah komplikasi medis dan kemungkinan kematian. Program operant conditioning cukup berhasil untuk menambah berat badan dalam jangka pendek. Sedangkan tujuan jangka panjang memiliki dampak yang kurang bisa berhasil secara reliable dalam penanganan berat badan.
B. BULIMIA
Bulimia nervosa, yang sering ditemukan pada anoreksia nervosa, terdiri dari episode rekuren makan sejumlah besar makanan disertai dengan perasaan diluar kendali. Penyelaan sosial dan gangguan fisik yaitu : nyeri abdomen atau mual, menghentikan pesta makan, yang sering kali diikuti oleh rasa bersalah, depresi atau muak terhadap diri sendiri. Orang selalu memiliki perilaku kompensasi yang rekuren seperti pencahar (muntah yang diinduksi sendiri, pemakaian laksasif yang berulang atau pemakaian diuretik), puasa atau latihan berat untuk mencegah penambahan berat badan. Tidak seperti pasien anoreksia nervosa, pasien dengan bulimia nervosa dapat mempertahankan berat badan yang normal.
Penderita bulimia nervosa makan dalam jumlah yang sangat berlebihan (menurut riset, rata-rata penderita bulimia nervosa mengkonsumsi 3.400 kalori setiap satu seperempat jam, padahal kebutuhan konsumsi orang normal hanya 2.000 – 3.000 kalori per hari). Kemudian berusaha keras mengeluarkan kembali apa yang dimakannya, dengan cara memuntahkan kembali atau dengan menggunakan obat pencahar. Diantara kegiatan makan yang berlebihan itu biasanya menekan berolahraga secara berlebihan.
Definisi
Bulimia nervosa merupakan satu gangguan fungsi makan yang ditandai oleh episode nafsu makan yang lahap tanpa dapat dikendalikan, diikuti dengan muntah yang disengaja atau upaya pencahar lain yang dimaksudkan untuk mencegah meningkatnya berat badan (contoh, penggunaan laksansia).
Insiden dan Epidemiologi
Bulimia nervosa lebih sering ditemukan pada wanita dibandingkan pada laki-laki, tetapi onsetnya lebih sering pada masa remaja dibandingkan pada masa dewasa awal. Diperkirakan bulimia nervosa terentang dari 1-3 persen wanita muda.
Banyak penderita bulimia nervosa memiliki berat badan yang normal dan kelihatannya tidak ada masalah yang berarti dalam hidupnya. Biasanya mereka orang-orang yang kelihatannya sehat, sukses di bidangnya dan cenderung perfeksionis. Namun, dibalik itu, mereka memiliki rasa percaya diri yang rendah dan sering mengalami depresi. Mereka juga menunjukkan tingkah laku kompulsif, misalnya, mengutil di pasar swalayan, atau mengalami ketergantungan pada alkohol atau lainnya.
Bulimia nervosa sering terjadi pada orang dengan angka gangguan mood dan gangguan pengendalian impuls yang tinggi. Juga telah dilaporkan terjadi pada orang yang memiliki resiko gangguan berhubungan dengan zat dan gangguan kepribadian, memiliki angka gangguan kecemasan dan gangguan dissosiatif yang meningkat dan riwayat penyiksaan seksual.
Etiologi
Faktor Biologis :
Kadar endofrin plasma yang meningkat pada beberapa pasien bulimia nervosa yang muntah, kemungkinan menyebabkan perasaan sehat yang dirasakan oleh pasien setelah muntah.
Faktor Sosial :
Penderita bulimia nervosa mempunyai kedudukan tinggi dan perlu berespon terhadap tekanan sosial untuk menjadi kurus. Mereka terdepresi dan memiliki depresi familiar yang tinggi.
Faktor Psikologis :
Pasien bulimia nervosa biasanya merasakan makan yang tidak terkendali yang dilakukan sebagai egodistoni. Kesulitan yang dimiliki pasien ini dalam mengendalikan impuls seringkali dimanifestasikan dengan makan yang berlebihan dan mencahar.
Diagnosa dan Gambaran Klinis
Kriteria diagnostik dari bulimia nervosa berdasarkan DSM–IV, Diagnostic and Kriteria Statistical Disorders, ec. 4.
A. Episode rekuren pesta makan. Episode pesta makan ditandai oleh kedua hal berikut ini :
Makan, dalam periode waktu tertentu (misalnya dalam 2 jam), jumlah makan jauh lebih besar daripada yang dimakan kebanyakan orang pada waktu dan situasi yang serupa.
Perasan hilang kendali terhadap makan selama episode tersebut (misalnya merasa tidak dapat menghentikan makan atau mengendalikan apa atau berapa banyak yang dimakannya).
B. Perilaku kompensasi yang relevan yang tidak layak untuk mencegah kenaikan berat badan, seperti muntah diinduksikan sendiri, penyalahgunaan laksatif, enema, atau medika lain, puasa, atau olahraga berat.
C. Pesta makan dan perilaku kompensasi yang tidak sesuai, keduanya terjadi dengan rata-rata sekurangnya dua kali dalam seminggu selama 3 bulan.
D. Pemeriksaan diri sendiri terlalu dipengaruhi oleh bentuk dan berat badan.
E. Gangguan tidak terjadi semata mata selama episode anoreksia nervosa.
Gejala gejala bulimia nervosa yaitu :
- Makan dalam jumlah yang berlebihan.
- Terobsesi dengan makanan dan kalori.
- Melakukan perangsangan muntah dan cuci perut.
- Sering menghilang ke kamar mandi bila selesai makan, untuk mengeluarkan makanan-makanan yang telah ditelan.
- Bersikap penuh rahasia.
- Merasa kehilangan kontrol.
Diagnosis Banding
Sindroma Kluver-Bucy
Ciri patologis yang dimanifestasikan oleh sindroma Kluver-Bucy adalah agnosia visual, menjilat dan menggigit yang kompulsif, memeriksa objek dengan mulut, ketidakmampuan mengenali tiap stimulus, plasiditas, perubahan perilaku seksual (hiperseksualitas), dan perubahan kebiasaan makan, khususnya hiperfagia.
Sindroma Kleine-Levin
Sindroma Kleine-Levin terdiri dari hipersomnia periodik yang berlangsung dua sampai tiga minggu atau hiperfagia.
Komplikasi :
- Dehidrasi.
- Ketidakseimbangan elektrolit yang menyebabkan aritmia dan mati mendadak.
- Alkalosis metabolik.
- Pembesaran kelenjar ludah.
- Karies gigi.
- Esofagitis.
- Keluarnya cairan dari esopagus (esophageal tears) dan ruptura gastrik.
Prognosis
Secara keseluruhan, bulimia nervosa tampaknya memiliki prognosis yang lebih baik dibandingkan anoreksia nervosa. Dalam jangka pendek, pasien bulimia nervosa yang mampu melibatkan diri dalam pengobatan telah dilaporkan lebih dari 50 % yang mengalami perbaikan.
Prognosis bulimia nervosa tergantung kepada keparahan sequele mencahar, yaitu apakah pasien mengalami gangguan elektrolit dan sampai derajat mana muntah yang sering mengakibatkan esofagitis, amilasemia, pembesaran kelenjar liur dan karies gigi.
Pada beberapa kasus ini yang tidak diobati, remisi spontan terjadi dalam satu sampai dua tahun.
Terapi
Terapi bulimia nervosa terdiri dari berbagai intervensi, termasuk psikoterapi individual dengan pandekatan kognitif perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga dan farmakoterapi.
a. Psikoterapi
Ada tiga langkah mengatasi Bulimia Nervosa, yaitu :
- Memberi kepercayaan kepada pasien sehingga pasien mau bekerjasama dalam pengobatan.
- Menghentikan kebiasaan makan yang salah dan episode muntah serta diare.
- Mempertahankan dan mendorong pasien kepada kondisi yang lebih baik, oleh karena kambuh kembali sangat besar.
1). Memastikan kerjasama dari pasien.
Pasien bulimia nervosa biasanya terlihat begitu antusias untuk menjalankan pengobatan. Namun kenyataannya dia cenderung menggunakan caranya sendiri dan tetap berusaha mempertahankan kebiasaannya. Jadi sebelum pengobatan sang dokter harus memberikan kepercayaan dan meyakinkan pasien tentang pengobatan yang akan dijalaninya.
2). Mengontrol kebiasaan makan dan muntah yang dibuatnya sendiri.
Hal ini dapat dilakukan dengan membatasi jumlah dan jenis makanan pasien bulimia nervosa. Namun sedikit sulit bila pasien tinggal dirumah tanpa pengawasan.
3). Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mempertahankan keadaan yang sudah membaik :
Setelah pengobatan biasanya pasien akan mengulangi kebiasaannya untuk makan lagi, maka kita jangan menentangnya, tapi kita anggap bahwa hal itu merupakan respon yang fisiologis.
Agar pasien mau makan, maka kita katakana kepadanya bahwa rasa lapar yang timbul itu, karena tubuhnya memerlukan nutrisi.
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
Krisis Identitas
Konsep identitas pada pengertian ilmu psikologi,
adalah suatu kesadaran akan kesatuan dan kesinambungan pribadi, pada keyakinan yang pada dasarnya tetap tinggal sama selama seluruh jalan perkembangan hidup kendatipun terjadi segala macam perubahan.Menurut Ericson
bahwa pembentukan identitas adalah suatu proses yang terjadi dalam inti dari pribadi, dan juga di tengah-tengah masyarakat.
Sedangkan identitas dalam pengertian ilmu sosial adalah satu unsur kunci dari kenyataan subyektif dan sebagaimana semua kenyataan subyektif, berhubungan secara dialektis dengan masyarakat. Identitas dibentuk oleh proses-proses sosial.
Identitas merupakan suatu fenomena yang timbul dari dialektika antara individu dan masyarakat.
Krisis identitas
adalah ketika seseorang kehilangan rasa kesamaan pribadi dan kesinambungan historis.
Menurut Ericson
krisis identitas ini dapat diperkuat oleh keraguan mendalam terdahulu tentang identitas seksualnya dan tentang tempatnya serta nilainya dalam relasi-relasi primer keluarga.
Tahapan Perkembangan Identitas
Tahap | Usia | Karakteristik |
Diferentiation
Practice
Rapprochment
Consolidation | 12-14
14-15
15-18
18-21 | Remaja menyadari bahwa ia berbeda secara sikologis dari orang tuanya. Kesadaran ini sering membuatnya mempertanyakan dan menolak nilai-nilai dan nasihat-nasihat orang tuanya, sekalipun nilai-nilai dan nasihat tersebut masuk akal.
Remaja percaya bahwa ia mengetahui segala-galanya dan dapat melakukan sesuatu tanpa salah. Ia menyangkal kebutuhan akan peringatan atau nasihat dan menantang orang tuanya pada setiap kesempatan. Komitmennya terhadap teman-teman juga bertambah.
Karena kesedihan dan kekhawatiran yang dialaminya, telah mendorong remaja untuk menerima kembali sebagian otoritas orang tuanya, tetapi dengan bersyarat. Tingkah lakunya sering silih berganti antara eksperimentasi dan penyesuaian, kadang mereka menantang dan kadang berdamai dan bekerjasama dengan orang tua mereka. Di satu sisi ia menerima tanggung jawab di sekitar rumah, namun di sisi lain ia akan mendongkol ketika orang tuanya selalu mengontrol membatasi gerak-gerik dan akitvitasnya diluar rumah.
Remaja mengembangkan kesadaran akan identitas personal, yang menjadi dasar bagi pemahaman dirinya dan diri orang lain, serta untuk mempertahankan perasaan otonomi, independen dan individualitas. |
Perkembangan identitas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
- Iklim keluarga
Keluarga merupakan awal pembentukan identitas seorang individu, terutama orangtua. Artinya gaya pengasuhan dari orangtua merupakan dasar pembentukan identitas individu. Beberapa dibawah ini contoh gaya pengasuhan orangtua, seperti :
a. Pengasuhan demokratis
Gaya pengasuhan ini mendorong remaja untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan keluarga akan mempercepat “pencapaian identitas”.
b. Pengasuhan otokratis
Mengendalikan perilaku remaja tanpa memberi remaja suatu peluang unutk mengemukakan pendapat akan “menghambat pencapaian identitas”.
c. Pengasuhan permisif
Memberi bimbingan terbatas kepada remaja dan mengizinkan mereka mengambil keputusan-keputusan sendiri akan meningkatkan “kebingungan identitas”.
- tokoh idola. Seorang idola sesungguhnya adalah sosok yang memiliki jiwa kepemimpinan. Idola berarti identik dengan kepemimpinan. Maxwell (2001) menyimpulkan kepemimpinan adalah sebagai suatu pengaruh. Burn (1978) membagi kepemimpinan menjadi dua aspek, yaitu pertama, Idealized Influence yaitu : suatu proses yang padanya seorang pemimpin mempengaruhi para pengikut dengan menimbulkan emosi-emosi yang kuat dan identifikasi dengan para pemimpin tersebut. Pemimpin menjadi model bagi pengikutnya dan kedua,Individual Consideration yaitu : memberi dukungan, membesarkan hati dan memberi pengalaman-pengalaman tentang pengembangan kepada para pengikut. Jika kita perhatikan pola pengaruh seorang idola terhadap remaja sebagaimana disebutkan sebelumnya, maka seorang idola menunjukkan ciri-ciri kedua aspek kepemimpinan tersebut. Maka dapat disimpulkan bahwa sebenarnya seseorang yang berhasil mempengaruhi orang lain dan mengikuti visinya oleh karena jiwa kepemimpinannya telah menjadi seorang idola bagi orang lain.
Pengaruh seorang idola terhadap remaja tidak dipengaruhi oleh batas-batas kedudukan, agama, ras, pendidikan, status ekonomi dan sebagainya. Seorang guru yang memiliki wewenang atau kedudukan untuk mempengaruhi siswa di sekolah belum tentu menjadi seorang idola bagi siswanya. Orang tua yang memberikan kepedulian terhadap anaknya yang remaja setiap hari dengan cara memberi makan, menyekolahkan, membelikan baju bahkan sampai menghantarkan anaknya menjadi seorang juara, juga belum tentu menjadi seorang idola bagi anaknya. Namun seseorang yang mampu memberikan kekuatan kepada remaja, yaitu : mengembangkan seorang remaja maka orang tersebut akan berhasil menjadi seorang idola bagi remaja (Maxwell, 1995). Mengembangkan remaja berarti menolong remaja untuk mengatasi krisis identitas yang dialaminya. - peluang pengembangan diri
Dalam upaya membantu orang menemukan identitas dirinya, WOOLFOLK (1995 : 73) menyarankan sebagai berikut :
- berilah informasi tentang pilihan-pilihan karier dan peran-peran orang dewasa.
- membantu untuk menemukan sumber-sumber untuk memecahkan masalah pribadinya.
- bersikap toleran terhadap tingkah laku remaja yang dipandang aneh, seperti dalam berpakaian.
- memberi umpan balik yang realistik tentang dirinya.
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
Hakau
Minggu, 10 April 2011
BAHAN:
Isi:
250 gr udang sedang, kupas kulitnya
1 sdt soda kue
½ sdt garam
2 sdm tepung sagu
Bumbu udang:
2 sdm tepung sagu
1 sdt garam
½ sdt merica bubuk
1 sdt kecap asin
2 sdm gula pasir
1 sdm minyak wijen
Kulit:
80 gr tepung ten-mien
50 gr tepung sagu atau tepung beras
125 ml air panas
3 sdm minyak goreng
CARA MEMBUAT:
- Isi: lumuri udang kupas dengan soda kue, garam & tepung sagu. Diamkan selama 1 jam & simpan dalam lemari es. Cuci kembali hingga bersih & tiriskan. Campur udang dengan tepung sagu, garam,merica, kecap asin, gula pasir & minyak wijen, aduk rata. Uleni sebentar & sisihkan
- Kulit: campur tepung ten-mien dengan tepung sagu atau tepung beras, aduk rata. Masukkan air panas, gunakan sumpit untuk mencampur, aduk rata & uleni hingga kalis. Bentuk jadi bulat panjang, olesi dengan minyak goreng. Tutup dengan plastik atau serbet
- Potong adonan dengan ukuran 0,5 cm, pipihkan. Isi dengan 2 potong udang, lipat jadi bentuk hakau
- Kukus selama 15 menit. Angkat, olesi dengan minyak goreng
- Sajikan hangat dengan sambal botol
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
Cireng
Bahan
4 gelas tepung kanji
1 gelas tepung beras
1 gelas air mendidih (airnya harus bener-bener mendidih)
1 batang daun bawang, iris halus
1 siung bawang putih, haluskan
garam secukupnya.
Cara membuatnya
1. Campur tepung kanji sama tepung beras.
2. Tambahkan daun bawang, bawang dan garam.
3. Tuangkan air panas sedikit demi sedikit
4. Uleni sampai adonan bisa dipulung, kalau masih terlalu lembek, tambah aja sama tepung beras.
5. Kalau sudah bisa dipulung, siapkan penggorengan dengan minyak yang banyak
6. Goreng cireng dengan minyak dingin. Jangan minyak panas ya. Selama menggoreng pakai api yang kecil aja.
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
Just For You
Kamis, 07 April 2011
Lagunya...
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
Jangan Remehkan Orang
Perbedaan yang ada itu juga bukanlah sesuatu yang bisa melegalkan pemikiran kita untuk memandang rendah orang-orang tersebut. misalnya saja adanya label orang cupu, lebay, jelek dan bodoh. terkadang tanpa kita sadari apa yang kita berikan pada orang lain itu adalah refleksi dari diri kita sendiri. kita memandang rendah orang lain karana kita ingin menutupi kelemahan kita. padahal jika kita mau lebih sedikit merenung...kita kan sadari bahwa tak ada orang yang lahir tanpa memiliki kelebihan dan kekurangan. bisa jadi orang yang kita anggap remeh tersebut adalah orang yang justru lebih baik dari kita. bukankah orang pintar bukan berarti orang yang memakai kacamata tebal dan membawa buku kemana-mana...bisa jadi orang yang suka duduk di pinggir jalan memandangi keadaan di sekitar tanpa melakukan apapun juga justru lebih pintar dari kita...seperti bethoven yang meski dia tuli tapi dia bisa menciptakan nada-nada yang indah. ato mungkin HenryFord yang meskipun dia tidak pernah bersekolah sama sekali dia bisa menjadi pendiri Ford Motor Company.
Banyak fakta yang menjelaskan bahwa sebagian besar orang-orang yang sukses dan berhasil justru berasal dari orang-orang yang selalu di anggap remeh oleh orang lain. seperti contoh berikut:
- Hellen Keller...tuna netra, tuna rungu, penulis dan pendidik terkenal dunia.
- Shakespeare...cacat kaki, penulis novel.
- F.D. Roosevelt...terkena polio, presiden 32 AS.
- Beethoven: tuna rungu, komposer musik.
- Napoleon Bonaparte...sangat pendek, wajah tidak menarik, pemimpin pasukan penakluk Eropa.
- Anthony Robbins...Lulusan SMA, kegemukan, merubah persepsi tentang penampilan dan cara diet, menjadi langsing, motivator terkenal dunia.
- Thomas Alfa Edison : pendidikan SD, 2000 paten.
- Li Ka Shing: berhenti sekolah umur14 tahun, orang terkaya di Hongkong.
- Henry Ford : tidak pernah duduk di bangku sekolah
- The Wright Brother : orang biasa dan tidak berpendidikan tinggi, menciptakan pesawat terbang pertama di dunia.
- Bill Gates, orang terkaya didunia memulai bisnis setelah lulus SMA.
- Lawrence Ellison : drop out universitas, pendiri Oracle Corp, orang terkaya kedua didunia.
- Andrew Carnegie : bekerja usia 13 tahun, keluarga sangat miskin, menjadi Raja Besi Baja dunia.
- Walt Disney : usia 20 tahun pemuda miskin dan tidak terkenal, usia 30 tahun jadi usahawan terkenal.
- Abrahan Lincoln lahir dari keluarga miskin
- Napolean Hill dilahirkan di keluarga miskin, ibunya meninggal saat dia kecil, jadi guru motivasi terkenal dunia, bukunya Think and Grow Rich : menjadi acuan pertama bagi para motivator dunia.
- Bill Clinton : ayahnya meninggal ketika masih kecil, adiknya terlibat obat terlarang.
beberapa contoh di atas adalah sebagian kecil dari contoh yang ada. Jika kalian ingat pada Susan Boyle juara Britains Got Talent yang pada awal penampilannya dia banyak di ragukan oleh orang-orang dan tidak sedikit yang menertawakannya namun dengan sekejab mata dia berhasil membalik keadaan yang ada dan orang-orang yang semula meremehkannya berbalik menjadi menyanjungnya.
Karna Itu akan lebih baik andai kata kita berkaca pada diri kita dahulu sebelum memandang orang laian agar kita tak pernah salah dalam menilai orang.
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
Secondhand Serenade - Fall For You
Rabu, 06 April 2011
Resiliensi
Pengertian
Istilah resiliensi diformulasikan pertama kali oleh Block (dalam Klohnen, 1996) dengan nama ego-resilience, yang diartikan sebagai kemampuan umum yang melibatkan kemampuan penyesuaian diri yang tinggi dan luwes saat dihadapkan pada tekanan internal maupun eksternal. Secara spesifik, ego-resilience adalah:
“… a personality resource that allows individual to modify their characteristic level and habitual mode of expression of ego-control as the most adaptively encounter, function in and shape their immediate and long term environmental context. (Block, dalam Klohnen, 1996, hal.45).
Dari definisi yang dikemukakan di atas, nampak bahwa ego resiliensi merupakan satu sumber kepribadian yang berfungsi membentuk konteks lingkungan jangka pendek maupun jangka panjang, di mana sumber daya tersebut memungkinkan individu untuk memodifikasi tingkat karakter dan cara mengekspresikan pengendalian ego yang biasa mereka lakukan.
Dalam perjalanannya, terminologi resiliensi mengalami perluasan dalam hal pemaknaan. Diawali dengan penelitian Rutter & Garmezy (dalam Klohnen, 1996), tentang anak-anak yang mampu bertahan dalam situasi penuh tekanan. Dua peneliti di atas menggunakan istilah resiliensi sebagai descriptive labels yang mereka gunakan untuk menggambarkan anak-anak yang mampu berfungsi secara baik walaupun mereka hidup dalam lingkungan buruk dan penuh tekanan.
Wolff (dalam Banaag, 2002), memandang resiliensi sebagai trait. Menurutnya, trait ini merupakan kapasitas tersembunyi yang muncul untuk melawan kehancuran individu dan melindungi individu dari segala rintangan kehidupan. Individu yang mempunyai intelegensi yang baik, mudah beradaptasi, social temperament, dan berkepribadian yang menarik pada akhirnya memberikan kontribusi secara konsisten pada penghargaan diri sendiri, kompetensi, dan perasaan bahwa ia beruntung. Individu tersebut adalah individu yang resilien.
Grotberg (1995), di sisi lain menjelaskan bahwa resiliensi merupakan kapasitas yang bersifat universal dan dengan kapasitas tersebut, individu, kelompok ataupun komunitas mampu mencegah, meminimalisir ataupun melawan pengaruh yang bisa merusak saat mereka mengalami musibah atau kemalangan.
Resiliensi disebut juga oleh Wolin & Wolin (dalam Bautista, Roldan & Bascal, 2001), sebagai keterampilan coping saat dihadapkan pada tantangan hidup atau kapasitas individu untuk tetap “sehat” (wellness) dan terus memperbaiki diri (self repair).
Lazarus (dalam Tugade & Fredrikson, 2004), menganalogikan resiliensi dengan kelenturan pada logam. Misalnya, besi cetak yang banyak mengandung karbon sangat keras tetapi getas atau mudah patah (tidak resilien) sedangkan besi tempa mengandung sedikit karbon sehingga lunak dan mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan (resilien). Perumpaan tersebut bisa diterapkan untuk membedakan individu yang memiliki daya tahan dan yang tidak saat dihadapkan pada tekanan psikologis yang dikaitkan dengan pengalaman negatif.
Banaag (2002), menyatakan bahwa resiliensi adalah suatu proses interaksi antara faktor individual dengan faktor lingkungan. Faktor individual ini berfungsi menahan perusakan diri sendiri dan melakukan kontruksi diri secara positif, sedangkan faktor lingkungan berfungsi untuk melindungi individu dan “melunakkan” kesulitan hidup individu.
Liquanti (1992), menyebutkan secara khusus bahwa resiliensi pada remaja merupakan kemampuan yang dimiliki remaja di mana mereka tidak mengalah saat menghadapi tekanan dan perbedaan dalam lingkungan. Mereka mampu terhindar dari penggunaan obat terlarang, kenakalan remaja, kegagalan di sekolah, dan dari gangguan mental.
Masten & Coatswerth (dalam Davis, 1999), mengatakan bahwa untuk mengidentifikasikan resiliensi diperlukan dua syarat, yaitu yang pertama adanya ancaman yang signifikan pada individu (ancaman berupa status high risk atau ditimpa kemalangan dan trauma yang kronis) dan yang kedua adalah kualitas adaptasi atau perkembangan individu tergolong baik (individu berperilaku dalam compotent manner).
Faktor-faktor Resiliensi
Banyak penelitian yang berusaha untuk mengidentifikasikan faktor yang berpengaruh terhadap resiliensi seseorang. Faktor tersebut meliputi dukungan eksternal dan sumber-sumbernya yang ada pada diri seseorang (misalnya keluarga, lembaga-lembaga pemerhati dalam hal ini yang melindungi perempuan), kekuatan personal yang berkembang dalam diri seseorang (seperti self-esteem, a capacity for self monitoring, spritualitas dan altruism), dan kemampuan sosial (seperti mengatasi konflik, kemampuan-kemampuan berkomunikasi).
Grotberg (1995), mengemukakan faktor-faktor resiliensi yang diidentifikasikan berdasarkan sumber-sumber yang berbeda. Untuk kekuatan individu, dalam diri pribadi digunakan istilah ‘I Am’, untuk dukungan eksternal dan sumber-sumbernya, digunakan istilah ‘I Have’, sedangkan untuk kemampuan interpersonal digunakan istilah’I Can’.
Berikut ini akan dijelaskan mengenai faktor-faktor resiliensi yang dapat menggambarkan resiliensi pada individu. I Am, I Have, I Can merupakan karakteristik untuk meningkatkan resiliensi dari the principal investigator of the Internasional Resilieance Project (Grotberg, 1995).
I Am
Faktor I Am merupakan kekuatan yang berasal dari dalam diri, seperti perasaan, tingkah laku dan kepercayaan yang terdapat dalam diri seseorang. Faktor I Am terdiri dari beberapa bagian antara lain; bangga pada diri sendiri, perasaan dicintai dan sikap yang menarik, individu dipenuhi harapan, iman, dan kepercayaan, mencintai, empati dan altruistic, yang terakhir adalah mandiri dan bertanggung jawab.
Berikut ini, akan dijelaskan satu persatu mengenai bagian-bagian dari faktor I Am.
Bangga pada diri sendiri; individu tahu bahwa mereka adalah seorang yang penting dan merasa bangga akan siapakah mereka itu dan apapun yang mereka lakukan atau akan dicapai. Individu itu tidak akan membiarkan orang lain meremehkan atau merendahkan mereka. Ketika individu mempunyai masalah dalam hidup, kepercayaan diri dan self esteem membantu mereka untuk dapat bertahan dan mengatasi masalah tersebut.
Perasaan dicintai dan sikap yang menarik; Individu pasti mempunyai orang yang menyukai dan mencintainya. Individu akan bersikap baik terhadap orang-orang yang menyukai dan mencintainya. Seseorang dapat mengatur sikap dan perilakunya jika menghadapi respon-respon yang berbeda ketika berbicara dengan orang lain. Bagian yang lain adalah dipenuhi harapan, iman, dan kepercayaan. Individu percaya ada harapan bagi mereka, serta orang lain dan institusi yang dapat dipercaya. Individu merasakan mana yang benar maupun salah, dan ingin ikut serta di dalamnya. Individu mempunyai kepercayaan diri dan iman dalam moral dan kebaikan, serta dapat mengekspresikannya sebagai kepercayaan terhadap Tuhan dan manusia yang mempunyai spiritual yang lebih tinggi.
Mencintai, empati, altruistic; yaitu ketika seseorang mencintai orang lain dan mengekspresikan cinta itu dengan berbagai macam cara. Individu peduli terhadap apa yang terjadi pada orang lain dan mengekspresikan melalui berbagai perilaku atau kata-kata. Individu merasakan ketidaknyamanan dan penderitaan orang lain dan ingin melakukan sesuatu untuk menghentikan atau berbagi penderitaan atau memberikan kenyamanan.
Bagian yang terakhir adalah mandiri dan bertanggung jawab. Individu dapat melakukan berbagai macam hal menurut keinginan mereka dan menerima berbagai konsekuensi dan perilakunya. Individu merasakan bahwa ia bisa mandiri dan bertanggung jawab atas hal tersebut. Individu mengerti batasan kontrol mereka terhadap berbagai kegiatan dan mengetahui saat orang lain bertanggung jawab.
I Have
Aspek ini merupakan bantuan dan sumber dari luar yang meningkatkan resiliensi.
Sumber-sumbernya adalah memberi semangat agar mandiri, dimana individu baik yang independen maupun masih tergantung dengan keluarga, secara konsisten bisa mendapatkan pelayanan seperti rumah sakit, dokter, atau pelayanan lain yang sejenis.
Struktur dan aturan rumah, setiap keluarga mempunyai aturan-aturan yang harus diikuti, jika ada anggota keluarga yang tidak mematuhi aturan tersebut maka akan diberikan penjelasan atau hukuman. Sebaliknya jika anggota keluarga mematuhi aturan tersebut maka akan diberikan pujian.
Role Models juga merupakan sumber dari faktor I Have yaitu orang-orang yang dapat menunjukkan apa yang individu harus lakukan seperti informasi terhadap sesuatu dan memberi semangat agar individu mengikutinya.
Sumber yang terakhir adalah mempunyai hubungan. Orang-orang terdekat dari individu seperti suami, anak, orang tua merupakan orang yang mencintai dan menerima individu tersebut. Tetapi individu juga membutuhkan cinta dan dukungan dari orang lain yang kadangkala dapat memenuhi kebutuhan kasih sayang yang kurang dari orang terdekat mereka.
I Can
Faktor I Can adalah kompetensi sosial dan interpersonal seseorang. Bagian-bagian dari faktor ini adalah mengatur berbagai perasaan dan rangsangan dimana individu dapat mengenali perasaan mereka, mengenali berbagai jenis emosi, dan mengekspresikannya dalam kata-kata dan tingkah laku namun tidak menggunakan kekerasan terhadap perasaan dan hak orang lain maupun diri sendiri. Individu juga dapat mengatur rangsangan untuk memukul, ‘kabur’, merusak barang, atau melakukan berbagai tindakan yang tidak menyenangkan.
Mencari hubungan yang dapat dipercaya dimana individu dapat menemukan seseorang misalnya orang tua, saudara, teman sebaya untuk meminta pertolongan, berbagi perasaan dan perhatian, guna mencari cara terbaik untuk mendiskusikan dan menyelesaikan masalah personal dan interpersonal.
Sumber yang lain adalah keterampilan berkomunikasi dimana individu mampu mengekspresikan berbagai macam pikiran dan perasaan kepada orang lain dan dapat mendengar apa yang orang lain katakan serta merasakan perasaan orang lain.
Mengukur temperamen diri sendiri dan orang lain dimana individu memahami temperamen mereka sendiri (bagaimana bertingkah, merangsang, dan mengambil resiko atau diam, reflek dan berhati-hati) dan juga terhadap temperamen orang lain. Hal ini menolong individu untuk mengetahui berapa lama waktu yang diperlukan untuk berkomunikasi, membantu individu untuk mengetahui kecepatan untuk bereaksi, dan berapa banyak individu mampu sukses dalam berbagai situasi.
Bagian yang terakhir adalah kemampuan memecahkan masalah. Individu dapat menilai suatu masalah secara alami serta mengetahui apa yang mereka butuhkan agar dapat memecahkan masalah dan bantuan apa yang mereka butuhkan dari orang lain. Individu dapat membicarakan berbagai masalah dengan orang lain dan menemukan penyelesaian masalah yang paling tepat dan menyenangkan. Individu terus-menerus bertahan dengan suatu masalah sampai masalah tersebut terpecahkan.
Setiap faktor dari I Am, I Have, I Can memberikan konstribusi pada berbagai macam tindakan yang dapat meningkatkan potensi resiliensi. Individu yang resilien tidak membutuhkan semua sumber-sumber dari setiap faktor, tetapi apabila individu hanya memiliki satu faktor individu tersebut tidak dapat dikatakan sebagai individu yang beresiliensi, misalnya individu yang mampu berkomunikasi dengan baik (I Can) tetapi ia tidak mempunyai hubungan yang dekat dengan orang lain (I Have) dan tidak dapat mencintai orang lain (I Am), ia tidak termasuk orang yang beresiliensi.
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
Para Ahli dan Teori Intelegensi
Definis Intelegensi :
- Sulit membuat definisi yang komprehensif
- Test intelegensi dibuat untuk menguukur inteligensi bukan mendefinisikannya
- Definisi operasional membatasi pemahaman lebih lanjut tentang inteligensi
- Kesepakatan ahli
- Kapasitas untuk belajar dari pengalaman
- kapasitas untuk belajar dari lingkungan
Perbandingan
Orang awam :
- Kemampuan problem solving praktis
- kemampuan verbal
- kompetensi sosial
para ahli :
- Intelegensi verbal
- kemampuan problem solving
- intelegensi praktis
Teori intelegensi
Galton :
- Ketajaman kemampuan sensoris
Charles spearman :
- General factor ( faktor umum yang menetap ) dan spesific factors ( faktor spesifik dalam test )
- Refleksi factor : pemahaman terhadap pengalaman, eduksi relasi dan eduksi korelasi
Thurstone :
- Primary mental abilities ( PMAs )
- Verbal comprehension : vocabulary, pemahaman bacaan, anoalogi verbal
- Word fluency : anagram , penamaan dalam kategoru
- Number : komputasi aritmatik sederhana
- Space : visualisasi objek tiga dimensi
- Associative memory : memasangkan item
- perceptual speed : tugas klerikal sederhana
- Inductive reasoning : menemukan hukum ( mis : tes melngkapi rangkaian angka )
Raymond cattell
- Fluid inteligence : efisiensi mental yang relatif bebas budaya dan non verbal
- Crystallized inteligence : dipengaruhi budaya dan digunakan untuk tugas tugas yang memerlukan belajar / respon habitual
- Menyusun : CFIT ( culture fair Intelligence test )
Jean Piaget
- Pikiran anak berbeda dengan orang dewasa
- Empat tahap perkembangan kognitif
- Konsep konsep :
- Konservasi : kesadaran bahwa kuantitas fisik tidak berubah ketika penampakannya berubah
- Schema : pola perilaku terorganisasi / struktur mental yang mengarahkan pada mengetahui bagaimana melakukan sesuatu
- Equilibration : mekanisme schema menjadi matang
- Asimilasi : aplikasi schema terhadap objek, orang dan peristiwa
- Akomodasi : penyesuaian terhadap schema ( tidak berhasil menjadi berhasil )
- Equilibrium : kondisi harmonis yang bersifat temporer
Guilford
- Structure of intellect model
- Tiga dimensi kemampuan intelektual :
- Operations : bentuk operasi mental yang diperlukan untuk mengerjakan test
- Contents : materi / informasi yang disajikan dalam test
- Products : struktur mental yang berbeda yang harus dihasilkan otak untuk menjawab dengan tepat.
- Bentuk product : unit, klas, relasi, sistem, transformasi , implikasi
- Divergent production : kreasi sejumlah respon yang tepat ketika menghadapi situasi stimulus tunggal
Aleksandr Luria :
Dalam mengolah informasi :
- Simultaneous processing : eksekusi operasi mental yang berbeda secara simultan / bersama sama. Contoh menggambar, mengenali kata
- Succesive processing : melakukan tahapan operasi lanjutan dengan tepat . misal : mengingat , menulis kata
Kaufman assessment battery for children ( K-ABC )
Howard Gardner
- Multiple intellegence
- Linguistic
- logical mathematical
- spatial
- musical
- bodily kinesthetic
- interpersonal
- intrapersonal
- Kandidat : naturalistic, spiritual, existensial
Stenberg
Definisi : kemampuan untuk beradaptasi, membentuk dan menseleksi lingkungan untuk mencapai tujuan individu , masyarakat dan budaya
- Triarchic Theory of Intelligence
- Componential intelligence : bertanggung jawab terhadap perilaku intelligen
- Metacomponent / executive processess
- Performance components
- Knowledge – acquisition components
- Experiential intelligence : kemampuan menghadapi tugas baru secara efektif
- contextual intelligence : kemampuan beradaptasi, membentuk dan menseleksi lingkungan sesuai dengan tujuan
- Componential intelligence : bertanggung jawab terhadap perilaku intelligen
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
Ego Defense Mechanism
Dalam aliran psikoanalisis dari Sigmund Freud, mekanisme pertahanan ego adalah strategi Psikologis yang dilakukan seseorang, sekelompok orang, atau bahkan suatu bangsa untuk berhadapan dengan kenyataan dan mempertahankan citra-diri. Orang yang sehat biasa menggunakan berbagai mekanisme pertahanan selama hidupnya. Mekanisme tersebut menjadi patologis bila penggunaannya secara terus menerus membuat seseorang berperilaku maladaptif sehingga kesehatan fisik dan/atau mental orang itu turut terpengaruhi. Kegunaan mekanisme pertahan ego adalah untuk melindungi pikiran/diri/ego dari kecemasan, sanksi sosial atau untuk menjadi tempat "mengungsi" dari situasi yang tidak sanggup untuk dihadapi.
Mekanisme pertahanan dilakukan oleh ego sebagai salah satu bagian dalam struktur kepribadian menurut psikoanalisis Freud selain id, dan super ego. Mekanisme tersebut diperlukan saat impuls-impuls dari id mengalami konflik satu sama lain, atau impuls itu mengalami konflik dengan nilai dan kepercayaan dalam super ego, atau bila ada ancaman dari luar yang dihadapi ego.
Faktor penyebab perlunya dilakukan mekanisme pertahanan adalah kecemasan. Bila kecemasan sudah membuat seseorang merasa sangat terganggu, maka ego perlu menerapkan mekanisme pertahanan untuk melindungi individu. Rasa bersalah dan malu sering menyertai perasaan cemas. Kecemasan dirasakan sebagai peningkatan ketegangan fisik dan mental. Perasaan demikian akan terdorong untuk bertindak defensif terhadap apa yang dianggap membahayakannya. Penggunaan mekanisme pertahanan dilakukan dengan membelokan impuls id ke dalam bentuk yang bisa diterima, atau dengan tanpa disadari menghambat impuls tersebut.
Menurut Freud ada tujuh macam mekanisme pertahanan ego, yaitu :
1. Represi
Yang dimaksud dengan represi adalah mekanisme yang dilakukan oleh ego untuk meredakan kecemasan dengan jalan menekan dorongan-dorongan atau keinginan-keinginan yang menjadi penyebab kecemasan tersebut kedalam tak sadar
2. Sublimasi
Yang dimksud dengan sublimasi adalah mekanisme pertahanan ego yang ditujukan untuk mencegah dan atau meredakan kecemasan dengan cara mengubah dan menyesuaikan dorongan primitive id yang menjadi penyebab kecemasan ke dalam bentuk (tingkah laku) yang bisa diterima dan bahkan dihargai oleh masyarakat. Contohnya seorang yang pemuda yang mengalami kecemasan sehubungan dengan hasrat seksualnya yang besar, kemudia bergiat dibidang olahraga.
3. Proyeksi
Yang dimaksud dengan proyeksi adalah pengalihan dorongan, sikap atau tingkah laku yang menimbulkan kecemasan pada orang lain. Sebagai contoh seorang siswa yang malas kemudian tidak lulus ujian mengatakan kepada orang tuanya, bahwa dia tidak lulus bukan karena malas, malainkan karena guru sentimen kepadanya.
4. Displacement
Yang dimaksud dengan displacement adalah pengungkapan dorongan yang menimbulkan kecemasan kepada objek atau individu yang kurang berbahaya atau kurang mengancam dibanding dengan objek atau individu semula. Contohnya, seorang siswa yang dihukum oleh gurunya kemudian melampiaskan keinginan untuk melakukan pembalasan dengan merusak perabotan sekolahnya.
5. Rasionalisasi
Istilah rasionalisasi menunjuk kepada upaya individu menyelewengkan atau memutarbalikkan kenyataan, dalam hal ini kenyataan yang mengancam ego, malalui dalih atau alasan tertentu seakan-akan masuk akal sehingga kenyataan tersebut tidak mengancam ego individu yang bersangkutan. Contoh, seorang pemuda berniat mendekati seorang gadis cantik yang menarik hatinya. Tetapi karena takut ditolak, si pemuda memberikan alasan bahwa gadis tersebut sesungguhnya tidak menarik.
6. Reaksi formasi
Kadang-kadang ego individu bisa mengendalikan dorongan-dorongan primitive agar tidak muncul sambil secara sadar menungkapkan tingkah laku sebaliknya.contoh dari reaksi formasi adalah seorang ibu membenci anaknya, tetapi karena kebencian terhadap anak itu merupakan suatu sikap yang tercela dan karenanya membuat si ibu mengalami rasa berdosa dan kecemasan, maka si ibu kemudian mengungkapkan sikap sebaliknya, yakni menyayangi anaknya secara berlebihan.
7. Regresi
Yang dimaksud dengan regresi adalah suatu mekanisme dimana individu untuk menghindarkan diri dari kenyataan yang mengancam, kembali ke taraf perkembangan yang lebih rendah itu. Contoh seorang anak yang merasa cemas kasih saying orang tuanya direbut oleh adiknya yang baru lahir, menjadi sering ngompol ketika dia masih bayi.
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
Strategi dan Metode Pembelajaran
Metode Debat
Selanjutnya guru dapat mengevaluasi setiap siswa tentang penguasaan materi yang meliputi kedua posisi tersebut dan mengevaluasi seberapa efektif siswa terlibat dalam prosedur debat.
Pada dasarnya, agar semua model berhasil seperti yang diharapkan pembelajaran kooperatif, setiap model harus melibatkan materi ajar yang memungkinkan siswa saling membantu dan mendukung ketika mereka belajar materi dan bekerja saling tergantung (interdependen) untuk menyelesaikan tugas. Ketrampilan sosial yang dibutuhkan dalam usaha berkolaborasi harus dipandang penting dalam keberhasilan menyelesaikan tugas kelompok. Ketrampilan ini dapat diajarkan kepada siswa dan peran siswa dapat ditentukan untuk memfasilitasi proses kelompok. Peran tersebut mungkin bermacam-macam menurut tugas, misalnya, peran pencatat (recorder), pembuat kesimpulan (summarizer), pengatur materi (material manager), atau fasilitator dan peran guru bisa sebagai pemonitor proses belajar.
Metode Role Playing
Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerjasama.
- Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
- Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda.
- Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan.
- Permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak.
Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.
Adapun keunggulan metode problem solving sebagai berikut:
- Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
- Berpikir dan bertindak kreatif.
- Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
- Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
- Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
- Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
- Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.
- Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
- Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.
Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Langkah-langkah:
- Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
- Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
- Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
- Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
- Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
- Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan baik.
- Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain.
- Dapat memperoleh dari berbagai sumber.
- 1. Untuk siswa yang malas tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai.
- 2. Membutuhkan banyak waktu dan dana.
- 3. Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini
Cooperative Script
Langkah-langkah:
- Guru membagi siswa untuk berpasangan.
- Guru membagikan wacana / materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
- Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
- Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar menyimak / mengoreksi / menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat / menghapal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
- Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta lakukan seperti di atas.
- Kesimpulan guru.
- 7. Penutup.
- Melatih pendengaran, ketelitian / kecermatan.
- Setiap siswa mendapat peran.
- Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.
- Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu
- Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hanya sebatas pada dua orang tersebut).
Picture and Picture
Langkah-langkah:
- Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
- Menyajikan materi sebagai pengantar.
- Guru menunjukkan / memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi.
- Guru menunjuk / memanggil siswa secara bergantian memasang / mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
- Guru menanyakan alas an / dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
- Dari alasan / urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep / materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
- Kesimpulan / rangkuman.
- Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
- Melatih berpikir logis dan sistematis.
Numbered Heads Together
Langkah-langkah:
- Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
- Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
- Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya.
- Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.
- Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
- Kesimpulan.
- Setiap siswa menjadi siap semua.
- Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
- Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
- Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
- Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
Metode Investigasi Kelompok (Group Investigation)
a. Seleksi topik
Parasiswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.
b. Merencanakan kerjasama
Parasiswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah a) di atas.
c. Implementasi
Parasiswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b). Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan ketrampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
d. Analisis dan sintesis
Parasiswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah c) dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.
e. Penyajian hasil akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.
f. Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.
Metode Jigsaw
Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam:
- belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya;
- merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu siswa tersebut kembali lagi ke kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut kepada temannya. Ahli dalam subtopik lainnya juga bertindak serupa. Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan.
Metode Team Games Tournament (TGT)
Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Ada5 komponen utama dalam komponen utama dalam TGT yaitu:
1. Penyajian kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.
2. Kelompok (team)
Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.
3. Game
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan.
4. Tournament
Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada meja II dan seterusnya.
5. Team recognize (penghargaan kelompok)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Team mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor 45 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 40-45 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 30-40
Model Student Teams – Achievement Divisions (STAD)
Siswa dikelompokkan secara heterogen kemudian siswa yang pandai menjelaskan anggota lain sampai mengerti.
Langkah-langkah:
- Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll.).
- Guru menyajikan pelajaran.
- Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota yang tahu menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
- Guru memberi kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
- Memberi evaluasi.
- Penutup.
- Seluruh siswa menjadi lebih siap.
- Melatih kerjasama dengan baik.
- Anggota kelompok semua mengalami kesulitan.
- Membedakan siswa.
Model Examples Non Examples
Langkah-langkah:
- Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
- Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.
- Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan / menganalisa gambar.
- Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.
- Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
- Mulai dari komentar / hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
- Kesimpulan.
- Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.
- Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
- Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
- Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
- Memakan waktu yang lama.
Model Lesson Study
Lesson Study merupakan suatu proses dalam mengembangkan profesionalitas guru-guru di Jepang dengan jalan menyelidiki/ menguji praktik mengajar mereka agar menjadi lebih efektif.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Sejumlah guru bekerjasama dalam suatu kelompok. Kerjasama ini meliputi:
a. Perencanaan.
b. Praktek mengajar.
c. Observasi.
d. Refleksi/ kritikan terhadap pembelajaran.
2. Salah satu guru dalam kelompok tersebut melakukan tahap perencanaan yaitu membuat rencana pembelajaran yang matang dilengkapi dengan dasar-dasar teori yang menunjang.
3. Guru yang telah membuat rencana pembelajaran pada (2) kemudian mengajar di kelas sesungguhnya. Berarti tahap praktek mengajar terlaksana.
4. Guru-guru lain dalam kelompok tersebut mengamati proses pembelajaran sambil mencocokkan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Berarti tahap observasi terlalui.
5. Semua guru dalam kelompok termasuk guru yang telah mengajar kemudian bersama-sama mendiskusikan pengamatan mereka terhadap pembelajaran yang telah berlangsung. Tahap ini merupakan tahap refleksi. Dalam tahap ini juga didiskusikan langkah-langkah perbaikan untuk pembelajaran berikutnya.
6. Hasil pada (5) selanjutnya diimplementasikan pada kelas/ pembelajaran berikutnya dan seterusnya kembali ke (2).
Adapun kelebihan metode lesson study sebagai berikut:
- Dapat diterapkan di setiap bidang mulai seni, bahasa, sampai matematika dan olahraga dan pada setiap tingkatan kelas.
- Dapat dilaksanakan antar/ lintas sekolah.
Sumber Pustaka
Elliot,S.N.,Kratochwill, T.R., Littlefield,J., Travers,J.F.,1996,Educational Psychology: Effective Teaching, Effective Learning, Second Edition, Singapore: Brown&Benchmarh Publisher.
Fuller, Ray etc.1997.A Century of Psychology, Routladge, London and New York.Stenberg, R.J.1995.In Search of The Human Mind, Harcourt Brace.http://fillamenta.blogspot.com
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer